Dalam hidup, kita tak mungkin bisa
menyenangkan hati semua orang. Tak perlu membuat kesalahan untuk dibenci orang,
orang yang memang pada dasarnya membenci kita tetaplah benci meskipun kita
melakukan kebaikan, itu memang sifat manusia.
Saat aku SMP aku ingat betul ada
seorang teman yang mengatakan “Aku gak yakin kamu bisa sekolah sampai selesai,
apalagi sekolah jauh. Anak nakal seperti kamu yang ada malah hamil!”. Tak bisaku
pungkiri, sebagai seorang anak SMP yang masih labil aku tentu sakit hati
mendengar apa yang dia katakan waktu itu, apalagi dia mengatakan itu tepat di
depan mataku tapi aku hanya tersenyum saat dia mengatakan itu dan aku jawab
dalam hati “Kita lihat nanti”.
Tahun
demi tahun berganti, setelah lulus SMP kami berpencar masuk ke sekolah pilihan
masing-masing kami bahkan hampir tidak
pernah bertemu atau berkirim pesan, hanya sekedar melihat postingan-postingan
yang lewat di berandaku. Aku tau dan menyadari bahwa beberapa diantara
teman-temanku juga tidak suka padaku meskipun mereka tetap berteman denganku,
tapi aku tidak banyak perduli soal itu toh aku memang bukan orang yang pandai
bergaul jadi tak heran jika teman-temanku pun merasa tak nyaman denganku. Aku bersekolah
disalah satu sekolah baru di daerahku, sekolah ini sederhana, jauh dari
keramaian bahkan untuk tiba di sekolah aku harus melewati perjalanan yang jauh,
sepi dan melewati hutan, tapi aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena
ini memang pilihanku. Tentu omongan pedas dan sindiran dari teman-teman lamaku
tak berhenti meskipun kami sudah tak satu sekolah lagi, karena masihku baca di
kolom komentar status media sosial beberapa diantara mereka mengatakan ini “Mau
jadi apa sekolah di hutan, sekolah gak jelas”, ya aku tau dia memang bersekolah
di Sekolah elit di luar daerahku tapi tak seharusnya dia mengatakan itu, lalu ku
balas di kolom komentar statusnya “Orang sukses dan berhasil tidak ditentukan
dimana dia bersekolah”, Tidak ada balasan untuk komentarku waktu itu tapi
mengingat itu aku semakin rajin belajar dan berusaha menyelesaikan sekolahku
sebaik mungkin.
Waktu
begitu cepat berlalu, tak terasa itu tahun terakhir aku di SMA. Setelah lulus
aku mendapat tawaran beasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi di daerahku
karena memang aku salah satu murid berprestasi di sekolah, tak ku ambil tapi ku
katakan pada kepala sekolahku saat itu bahwa mungkin bisa dialihkan ke temanku
yang lebih membutuhkan beasiswa itu. Bukan aku sombong, aku hanya ingin mencoba
sesuatu yang baru, tidak berada dalam satu lingkungan dan orang yang sama
sepanjang waktu. Tuhan mendengar dan menjawab doaku, aku lulus tes masuk
disalah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Surabaya, dan ini adalah salah
satu Sekolah Kesehatan Swasta terbaik di Indonesia. Dari antara sekian banyak calon mahasiswa yang mendaftar, aku mungkin
salah satu yang diberi kemudahan karena aku hanya mendaftar dari rumah melalui pesan
WhatsApp tanpa perlu mengikuti tes di kampus, campur tangan siapa lagi kalau
bukan karena campur tangan Tuhan yang membuat semuanya mudah.
Aku memulai hidup
baruku disini, bertemu dengan orang-orang baru, dan berdaptasi dengan
lingkungan, budaya serta kebiasaan baru. Salah seorang teman lama
menghubungiku, menanyakan kabar serta sedikit bercerita tentang kehidupan kami sekarang,
diantara teman-teman lamaku yang menurutku paling mengerti dan baik padaku
hanya dia dan kami masih berkomunikasi sampai sekarang. Darinya aku tau bahwa
orang-orang yang dulu gencar meremehkanku, yang selalu berkata buruk tentangku
ternayata hidupnya tak lebih baik dariku, tak perlu ku deskripsikan seberapa
sulit dan buruknya kondisi mereka sekarang, aku bukan orang yang suka
membicarakan kehidupan orang lain.
Mengingat
setiap kata yang pernah mereka ucapkan agar membuatku terlihat buruk waktu itu
memang menyakitkan, salah satu cara ampuh yang bisa digunakan untuk membunuh seseorang
adalah kata-kata dan aku merasakan betul betapa sakitnya ketika membaca atau
mendengar setiap komentar-komentar buruk orang lain tentang diri kita yang tidak
sepenuhnya benar, dan yang bisa kulakukan saat itu hanya diam, apalagi yang
bisa ku lakukan selain berusaha keras untuk meraih setiap hal yang menjadi
cita-citaku dan membanggakan keluargaku.
Aku
tidak ingin membuktikan apapun kepada teman-temanku, aku bersyukur karena Tuhan
menempa aku sedemikian rupa, penuh kesukaran, lelah dan air mata. Aku mengucapkan
banyak terimakasih atas semua perkataan dan komentar negative yang selalu
keluar dari mulut mereka saat itu, kalau saja aku tak melewati itu dan tak
pernah mendengar itu semua dari mulut mereka aku mungkin tidak pernah ada di
tempat dimana aku berdiri sekarang.
Terimakasih untuk kalian yang sudah
mengantar aku dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang, terimakasih sudah
menjadi bagian yang merubah pola berpikirku, dan terimakasih karena sudah mau
berteman denganku.